Tradisi Unik Penyambutan Ramadhan Di Aceh

Di daerah yang berjulukan Serambi Mekah ini ada sebuah tradisi unik untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Makmeugang atau meugang adalah hari dimana masyarakat menikmati masakan dari olahan daging sapi atau kerbau.

Tidak lepas dari syariat agama, makmeugang adalah sebuah ungkapan kegembiraan masyarakat Aceh yang mayoritas merupakan kaum Muslim menyambut datangnya bulan yang diidam idamkan. Layaknya pesta syukuran, masyarat Aceh melakukan pesta penyambutan bulan Ramadhan.

Tradisi ini telah ada sekitar abad ke 14 bersamaan denga masuknya agama Islam ke Aceh. Pada masa kejayaan kerajaan Aceh Darussalam, makmeugang diadakan di istana Darud Dunia dan dihadiri oleh sultan, alim ulama dan petinggi kerajaan. Menjelang upacara tersebut, Syahbandar Seri Rama Setia akan menghadiahkan pakaian yang akan dipakai sultan dalam upacara itu. Syahbandar Seri Rama Setia juga akan menyediakan karangan-karangan bunga yang ditempatkan di makam para sultan.

Pada hari tersebut, sultan juga memerintahkan kepada Imam Balai Baitul Fakir/Miskin yang merupakan sebuah lembaga yang bertugas menyantuni kaum dhuafa dan yatim piatu untuk membagikan daging, pakaian, dan beras kepada fakir miskin, orang sakit, dan para janda.

Dalam catatan Snouck Hurgronje (1997: 175), tradisi Meugang sudah sangat melembaga bagi masyarakat Aceh. Tradisi ini bahkan dapat membantu perjuangan para pahlawan Aceh untuk bergerilya, terutama karena telah dikenalnya teknologi sederhana untuk pengawetan makanan, yaitu dengan pemberian cuka, garam, dan bahan-bahan lainnya. Dengan daging awetan itu, para pejuang Aceh dapat menjaga persediaan makanan sehingga dapat bertahan untuk melakukan perang gerilya. Dalam tradisi Meugang, pengawetan daging ini tentu saja sangat dibutuhkan. Sebab, pada hari Meugang, di mana hampir seluruh masyarakat bumi rencong melakukan pemotongan daging sapi secara besar-besaran, maka untuk menjaga stok tersebut supaya dapat dikonsumsi dalam beberapa hari kemudian diperlukan upaya pengawetan.

Seiring perkembangan jaman, selain pemotongan daging yang diupayakan secara bersama-sama melalui cara Meuripee (patungan), masyarakat Aceh juga memperoleh daging sapi dengan cara membelinya di pasar. Menjelang pelaksanaan Meugang, penjualan daging di aceh meningkat drastis, hal ini terbukti dengan menjamurnya lapak penjualan daging pada dua hari tersebut. Masyarakat berbondong bondong menuju pusat penjualan daging untuk memperoleh daging yang mereka inginkan.

Comments

Popular posts from this blog

SUBHANALLAH, Lautan Manusia Iringi Jenazah Santoso

Istri Ingin Dipeluk? Ini Peyebabnya

Korut " AS Nyatakan Perang Terhadap Korut"