Bolehkah Mencium Istri Ketika Sedang Berpuasa Ramadhan? Inilah Jawabannya
Ibadah puasa merupakan ibadah
untuk menahan hawa nafsu, perang melawan hawa nafsu ini tidak lain bertujuan
untuk membentuk pribadi yang lebih taat kepada ALLAH sehingga kita digolongkan
kedalam orang orang yang bertakwa. Selain makan dan minum, salah satu yang
harus kita tahan dalam melaksanakan ibadah puasa adalah nafsu biologis. Ini merupakan
salah satu larangan dalam melaksanakan ibadah yang kita peruntukkan untuk ALLAH
S.W.T tersebut.
sumber gambar : Kaligrafi-Islam.blogspot.com |
Bersetubuh disiang hari merupakan
salah satu yang membatalkan puasa, selain itu diwajibkan membayar kafarah bagi
yang melakukan hubungan suami istri disiang hari bulan Ramadhan. Namun jika
seseorang lupa jika ia sedang berpuasa, maka tidak diwajibkan atasnya untuk membayar
kafar, dan puasanya tersebut tidak batal.
Kafarah yang diwajibkan tersebut
berupa memerdekakan seorang budak, namun jika tidak sanggup/mampu boleh
digantikan dengan puasa selama dua bulan berturut turut, jika hal tersebut juga
tidak mampu untuk dilakukan maka boleh digantikan dengan memberimakan 60 fakir
miskin, masing masing fakir miskin di berikan 1 mud/0.864 L.
Lantas bagaimana dengan mencium
istri disiang hari bulan Ramadhan? Jika hal yang kita lakukan
(mencium/menyentuh istri) kita rasa aman dan tidak akan merusak puasa kita,
maka hal tersebut di perbolehkan. Namun jika dikhawatirkan akan terjadi
persetubuhan, maka haram hukumnya (Durratun Nasihin, Majelis pengajian kedua)
Sa’id bin Al-Musyyad berkata : “tidak
boleh bagi orang yang sedang berpuasa mencium atau menyentuh, baik ia khawatir
atau tidak.” Karena riwayat dari Ibnu Abbas, seorang pemuda yang datang
bertanya kepda beliau “bolehkah aku mencium sedang aku berpuasa?” beliau
menjawab “tidak” kemudian datang lagi seorang kakek kakek bertanya kepada Ibnu
Abbas “bolehkah aku mencium sedang aku berpuasa?” beliau menjawab “boleh” si
pemuda tersebut kembali kepada Ibnu Abbas seraya berkata “ apaka engkau telah
menghalalkan apa yang telah engkau haramkan kepada ku?” Kemudian Ibnu Abbas
menjelaskan “ dia adalah seorang kakek kakek yang dapat mengendalikan aggota
dan auratnya, sedangkan engkau adalah seorang pemuda yang tidak akan dapat
mengendalikan anggota dan auratmu.”
Referensi : Durratun Nasihin,
Majelis pengajian kedua
Comments
Post a Comment